Surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus
dilatarbelakangi adanya perpecahan dalam jemaat. Informasi tentang itu,
diterima oleh Rasul Paulus melalui keluarga Kloe. Tidak banyak informasi
tentang keluarga ini, tetapi yang pasti ialah keluarga Kloe ini rupanya adalah
keluarga yang bisa menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan
bergereja. Keluarga ini tahu membandingkan antara ajaran rasuli dan praktek-praktek
ketidakbenaran dalam jemaat.
Tuhan
menciptakan kita manusia sebagai pribadi dan berakal budi. Berbeda dengan hewan
atau tumbuhan kita manusia memiliki kemampuan berpikir, mengekspresikan dan
mengaktualisasi diri, menyatakan pendapat dan sikap yang berbeda dengan orang
lain. Sejak dulu manusia bisa berbeda pendapat atau sikap dan itu bukan sesuatu
hal yang aneh. Paulus pernah berbeda pendapat Petrus dan Yakobus. Orang Kristen
asal Yunani pernah berbeda pendapat dengan orang Kristen asal Yahudi. Dan kita
sekarang juga sering berbeda pendapat tentang satu atau banyak hal. Perbedaan
pendapat itu sering terjadi bukan hanya di suatu organisasi besar, tetapi juga
dalam lingkup yang paling kecil seperti jemaat, persekutuan atau bahkan
keluarga. Anggota jemaat yang satu berbeda pendapat dengan yang lainnya. Jemaat
yang satu berbeda pendapat dengan jemaat lainnya. Ada banyak sekali contoh yang
dapat kita kemukakan untuk menunjukkan betapa perbedaan pendapat itu sesuatu
hal yang kerap kali terjadi di antara kita. Jika di gereja Roma (lihat Roma
14-15) mereka berbeda pendapat tentang makanan dan minuman, dan di Korintus
(lihat 1 Kor 12-14) mereka berbeda pendapat tentang banyak hal. Semua itu
menyadarkan kita bahwa perbedaan pendapat juga suatu hal yang biasa-biasa dan
wajar-wajar saja dalam kehidupan kita manusia termasuk yang percaya kepada
Kristus.
Bersama bukanlah berarti hilangnya
seluruh perbedaan pendapat itu. Tuhan juga tidak memerintah kita berpendapat
sama dan seragam dalam seluruh hal. Bila kita pelajari seksama Surat Korintus
dan juga Surat Roma, Rasul Paulus juga sama sekali tidak pernah berusaha
menghilangkan seluruh perbedaan pendapat itu. Karena itu dia berkata kepada
jemaat Roma: hendaklah masing-masing berpegang teguh kepada keyakinannya. Jadi
apa maknanya sehati sepikir dalam bacaan kita tadi?
Pusat dari
seluruh pemberitaan Rasul Paulus adalah Kristus yang tersalib. Kita boleh saja
dan silahkan berbeda-beda dalam banyak hal, namun kita semua harus sama-sama,
seia dan sekata taat kepada Kristus yang tersalib itu. Dialah, yang harus
menjadi patokan hidup kita bersama. Kristus yang tersalib demi kehidupan dunia
itulah yang harus tetap menjadi fokus dalam seluruh kehidupan kita.
Disinilah tantangannya. Gereja atau
kekristenan, seringkali terjebak dalam konflik satu sama lain, sebenarnya
bukanlah karena fakta kita yang memang berbeda-beda itu, melainkan karena kita
kurang sungguh-sungguh sehati mentaati Yesus dan menjadikan Dia sebagai sumber
dan acuan hidup kekristenan kita. Mungkin kita terus-menerus menyebut namaNya,
mengklaim diri sebagai pengikut dan anak-anakNya, namun jika jujur kita
sebenarnya enggan menjadikan Dia sungguh-sungguh sebagai sumber, acuan, teladan
atau model kehidupan sehari-hari kita. Ada kesenjangan yang sangat dalam antara
sikap hidup kita dengan sikap hidup Kristus yang tersalib itu. Itulah
sesungguhnya yang acapkali membuat kita saling saling menolak dan bahkan mau
saling memusuhi satu dengan yang lainnya.
Bila kita baca seksama surat Korintus,
sebenarnya bukan pengelompokan jemaat atas nama golongan Paulus, golongan
Apolos, golongan Kefas atau golongan Kristus yang dikecam oleh Rasul Paulus
(bagaimana pun manusia memang suka dan cenderung berkelompok, dan seringkali
pengelompokan itu justru sering baik dan berguna untuk mencapai tujuan), tetapi
karena kelompok-kelompok dalam jemaat itu tidak lagi fokus atau berpusat kepada
Kristus. Ketimbang menjadikan Kristus sebagai sumber dan teladan, mereka malah
menjadikan kelompok dan dirinya sendiri sebagai kebenaran. Dan itulah sumber
perpecahan dan konflik dari dulu sampai sekarang.
Komunitas orang percaya
di Korintus yang mengalami perselisihan itu diingatkan Rasul Paulus untuk
Bersatu! Kesatuan seperti apa yang Paulus maksudkan? Dalam bahasa aslinya kata
"sehati sepikir" adalah satu di
dalam nous [akal budi] dan di dalam gnome [rasio]. Jadi, Paulus tidak
sedang mengatakan: "Baiklah, tidak apa-apa kalian berbeda pendapat, yang
penting kalian rukun satu sama lain." Sebaliknya, Paulus mendesak mereka
menggunakan akal budi dan rasio untuk memahami kebenaran. Selera dan
kepentingan pribadi atau kelompok semestinya ditundukkan di bawah kebenaran
itu. Ini selaras dengan nasihat-nasihat Paulus dalam suratnya yang lain (lihat
Roma 15:5-6; Efesus 4:1-6, 13). Kesatuan jemaat harus dilandaskan pada apa yang
benar agar dengan satu suara jemaat dapat memuliakan Tuhan.
Saudara-saudara…..Persatuan,
kesepakatan, atau kesehatian Kristen memiliki tujuan. Kita diminta bersatu
bukan asal bersatu, tetapi supaya kita dapat melaksanakan tugas yang diberikan
Kristus kepada kita gerejaNya, yaitu mengabarkan Injil, mewujudnyatakan damai sejahtera
dan keadilan Allah di dunia, dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun,
lebih dalam dari itu, sebenarnya tritugas (kesaksian, pelayanan, dan
persekutuan) yang diamanatkan Kristus itulah yang mempersatukan kita.
Jemaat Korintus begitu banyak menghabiskan
tenaga, waktu dan pikiran untuk memperdebatkan hal-hal tidak penting dan tidak
berguna dan melupakan tugas utamanya mengabarkan Injil. Dan itulah sumber
perpecahan di antara mereka. Ya, orang-orang Kristen dahulu dan sekarang
seringkali melupakan tugas yang diberikan Kristus kepada kita dan kita lupa
bahwa itulah yang membuat kita pecah atau konflik. Padahal jika kita fokus
kepada tritugas yang diamanatkan Kristus (mengabarkan Injil, melayani sesama,
dan beribadah serta bersekutu dalam namaNya), maka sudah pasti tidak ada lagi
tenaga, waktu dan pikiran kita untuk mencari-cari kekurangan orang lain.
Berhubung seluruh pikiran dan perasaan kita sudah tercurah kepada tugas
mewujudnyatakan damai sejahtera dan keadilan Allah di tengah-tengah dunia, maka
tidak ada lagi pikiran dan perasaan kita untuk membenarkan diri sendiri serta
menyalahkan orang lain.
Disini
kita disadarkan bahwa kesehatian, persatuan atau keesaan gereja justru
merupakan buah dari ketaatan kita melaksanakan tugas yang diberikan Kristus
itu. Karena itu daripada kita berdebat tentang siapa yang paling baik, gereja
siapa yang paling dipenuhi Roh, atau dogma siapakah yang paling benar, mari
kita berkonsentrasi melaksanakan tugas yang diberikan Kristus saja untuk kita
laksanakan di tengah-tengah keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Sampai kapan pun perbedaan pendapat di
kalangan kita tetap akan ada. Yang penting sekarang ialah, mari kita menerima dan
menghargai kepelbagaian juga perbedaan pendapat sebagai anugerah Tuhan
memperkaya kehidupan bergereja kita. Namun dalam satu hal kita harus sehati dan
sepakat, yaitu: mengaku Yesus adalah Tuhan dan Kepala Gereja kita.
Berhubung dengan salah satu pokok
perdebatan dan sumber perpecahan, Rasul Paulus juga kembali menyoroti masalah baptisan.
Saudara-saudara….Salah satu point penting dalam Amanat Agung Yesus kepada
murid-murid atau gereja-Nya ialah untuk membabtiskan orang-orang. Rasul Paulus
bukannya mengingkari tugas yang diberikan itu. Tetapi berhubung dengan adanya
pertentangan tentang sumber baptisan di jemaat Korintus, maka Rasul Paulus
menjelaskan tentang hal yang lebih penting dari tugasnya yaitu memberitakan
Injil bukan hanya berdasarkan hikmat perkataan. Dengan demikian baptisan adalah
buah dari pemberitaannya tentang Injil dan bukannya baptisan sebagai tujuan
utama dari pemberitaannya, sebagaimana yang dapat kita amati dari
denominasi-denominasi lain yang tumbuh subur sekarang ini.
Dalam penyelenggaraan tugas gereja, kita semua
dipersatukan oleh Roh yang sama, Roh yang memberi hidup dan menyelamatkan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa gereja-gereja yang ada di dunia ini memiliki
perbedaan satu dengan lainnya. Tapi kita senantiasa dipanggil untuk mewujudnyatakan
tugas yang sama dalam kesaksian, persekutuan dan pelayanan. Perselisihan apapun yang pernah terjadi
di antara kita, bukanlah alasan untuk tidak akan ada lagi rekonsiliasi diantara kita, di mana
disitu terwujud suasana yang saling memaafkan, saling menerima,saling
menghargai satu dengan lainnya. Sehingga kita boleh yakin bahwa sekalipun
sering ada perdebatan, itu bukanlah pertentangan. Sekalipun ada banyak ide yang
berbeda-beda, itu bukanlah perpecahan. Semua hal mungkin dapat terjadi, tetapi
semua terpanggil untuk mewujudkan damai sejahtera Allah yang berkelimpahan demi
pemberitaan Injil yang berkelanjutan. Kiranya Allah sumber hikmat akan
memelihara persekutuan kita di sini dan dalam persekutuan, pelayanan dan
kesaksian kita bersama dengan gereja-gereja yang ada di dunia ini…