Sabtu, 29 Oktober 2016

Renungan 1 Korintus 1: 10-17



         Surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dilatarbelakangi adanya perpecahan dalam jemaat. Informasi tentang itu, diterima oleh Rasul Paulus melalui keluarga Kloe. Tidak banyak informasi tentang keluarga ini, tetapi yang pasti ialah keluarga Kloe ini rupanya adalah keluarga yang bisa menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan bergereja. Keluarga ini tahu membandingkan antara ajaran rasuli dan praktek-praktek ketidakbenaran dalam jemaat.
Tuhan menciptakan kita manusia sebagai pribadi dan berakal budi. Berbeda dengan hewan atau tumbuhan kita manusia memiliki kemampuan berpikir, mengekspresikan dan mengaktualisasi diri, menyatakan pendapat dan sikap yang berbeda dengan orang lain. Sejak dulu manusia bisa berbeda pendapat atau sikap dan itu bukan sesuatu hal yang aneh. Paulus pernah berbeda pendapat Petrus dan Yakobus. Orang Kristen asal Yunani pernah berbeda pendapat dengan orang Kristen asal Yahudi. Dan kita sekarang juga sering berbeda pendapat tentang satu atau banyak hal. Perbedaan pendapat itu sering terjadi bukan hanya di suatu organisasi besar, tetapi juga dalam lingkup yang paling kecil seperti jemaat, persekutuan atau bahkan keluarga. Anggota jemaat yang satu berbeda pendapat dengan yang lainnya. Jemaat yang satu berbeda pendapat dengan jemaat lainnya. Ada banyak sekali contoh yang dapat kita kemukakan untuk menunjukkan betapa perbedaan pendapat itu sesuatu hal yang kerap kali terjadi di antara kita. Jika di gereja Roma (lihat Roma 14-15) mereka berbeda pendapat tentang makanan dan minuman, dan di Korintus (lihat 1 Kor 12-14) mereka berbeda pendapat tentang banyak hal. Semua itu menyadarkan kita bahwa perbedaan pendapat juga suatu hal yang biasa-biasa dan wajar-wajar saja dalam kehidupan kita manusia termasuk yang percaya kepada Kristus.
Bersama bukanlah berarti hilangnya seluruh perbedaan pendapat itu. Tuhan juga tidak memerintah kita berpendapat sama dan seragam dalam seluruh hal. Bila kita pelajari seksama Surat Korintus dan juga Surat Roma, Rasul Paulus juga sama sekali tidak pernah berusaha menghilangkan seluruh perbedaan pendapat itu. Karena itu dia berkata kepada jemaat Roma: hendaklah masing-masing berpegang teguh kepada keyakinannya. Jadi apa maknanya sehati sepikir dalam bacaan kita tadi?
         Pusat dari seluruh pemberitaan Rasul Paulus adalah Kristus yang tersalib. Kita boleh saja dan silahkan berbeda-beda dalam banyak hal, namun kita semua harus sama-sama, seia dan sekata taat kepada Kristus yang tersalib itu. Dialah, yang harus menjadi patokan hidup kita bersama. Kristus yang tersalib demi kehidupan dunia itulah yang harus tetap menjadi fokus dalam seluruh kehidupan kita.
         Disinilah tantangannya. Gereja atau kekristenan, seringkali terjebak dalam konflik satu sama lain, sebenarnya bukanlah karena fakta kita yang memang berbeda-beda itu, melainkan karena kita kurang sungguh-sungguh sehati mentaati Yesus dan menjadikan Dia sebagai sumber dan acuan hidup kekristenan kita. Mungkin kita terus-menerus menyebut namaNya, mengklaim diri sebagai pengikut dan anak-anakNya, namun jika jujur kita sebenarnya enggan menjadikan Dia sungguh-sungguh sebagai sumber, acuan, teladan atau model kehidupan sehari-hari kita. Ada kesenjangan yang sangat dalam antara sikap hidup kita dengan sikap hidup Kristus yang tersalib itu. Itulah sesungguhnya yang acapkali membuat kita saling saling menolak dan bahkan mau saling memusuhi satu dengan yang lainnya.
         Bila kita baca seksama surat Korintus, sebenarnya bukan pengelompokan jemaat atas nama golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas atau golongan Kristus yang dikecam oleh Rasul Paulus (bagaimana pun manusia memang suka dan cenderung berkelompok, dan seringkali pengelompokan itu justru sering baik dan berguna untuk mencapai tujuan), tetapi karena kelompok-kelompok dalam jemaat itu tidak lagi fokus atau berpusat kepada Kristus. Ketimbang menjadikan Kristus sebagai sumber dan teladan, mereka malah menjadikan kelompok dan dirinya sendiri sebagai kebenaran. Dan itulah sumber perpecahan dan konflik dari dulu sampai sekarang.
         Komunitas orang percaya di Korintus yang mengalami perselisihan itu diingatkan Rasul Paulus untuk Bersatu! Kesatuan seperti apa yang Paulus maksudkan? Dalam bahasa aslinya kata "sehati sepikir" adalah satu di dalam nous [akal budi] dan di dalam gnome [rasio]. Jadi, Paulus tidak sedang mengatakan: "Baiklah, tidak apa-apa kalian berbeda pendapat, yang penting kalian rukun satu sama lain." Sebaliknya, Paulus mendesak mereka menggunakan akal budi dan rasio untuk memahami kebenaran. Selera dan kepentingan pribadi atau kelompok semestinya ditundukkan di bawah kebenaran itu. Ini selaras dengan nasihat-nasihat Paulus dalam suratnya yang lain (lihat Roma 15:5-6; Efesus 4:1-6, 13). Kesatuan jemaat harus dilandaskan pada apa yang benar agar dengan satu suara jemaat dapat memuliakan Tuhan.
         Saudara-saudara…..Persatuan, kesepakatan, atau kesehatian Kristen memiliki tujuan. Kita diminta bersatu bukan asal bersatu, tetapi supaya kita dapat melaksanakan tugas yang diberikan Kristus kepada kita gerejaNya, yaitu mengabarkan Injil, mewujudnyatakan damai sejahtera dan keadilan Allah di dunia, dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun, lebih dalam dari itu, sebenarnya tritugas (kesaksian, pelayanan, dan persekutuan) yang diamanatkan Kristus itulah yang mempersatukan kita.
         Jemaat Korintus begitu banyak menghabiskan tenaga, waktu dan pikiran untuk memperdebatkan hal-hal tidak penting dan tidak berguna dan melupakan tugas utamanya mengabarkan Injil. Dan itulah sumber perpecahan di antara mereka. Ya, orang-orang Kristen dahulu dan sekarang seringkali melupakan tugas yang diberikan Kristus kepada kita dan kita lupa bahwa itulah yang membuat kita pecah atau konflik. Padahal jika kita fokus kepada tritugas yang diamanatkan Kristus (mengabarkan Injil, melayani sesama, dan beribadah serta bersekutu dalam namaNya), maka sudah pasti tidak ada lagi tenaga, waktu dan pikiran kita untuk mencari-cari kekurangan orang lain. Berhubung seluruh pikiran dan perasaan kita sudah tercurah kepada tugas mewujudnyatakan damai sejahtera dan keadilan Allah di tengah-tengah dunia, maka tidak ada lagi pikiran dan perasaan kita untuk membenarkan diri sendiri serta menyalahkan orang lain.
Disini kita disadarkan bahwa kesehatian, persatuan atau keesaan gereja justru merupakan buah dari ketaatan kita melaksanakan tugas yang diberikan Kristus itu. Karena itu daripada kita berdebat tentang siapa yang paling baik, gereja siapa yang paling dipenuhi Roh, atau dogma siapakah yang paling benar, mari kita berkonsentrasi melaksanakan tugas yang diberikan Kristus saja untuk kita laksanakan di tengah-tengah keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
         Sampai kapan pun perbedaan pendapat di kalangan kita tetap akan ada. Yang penting sekarang ialah, mari kita menerima dan menghargai kepelbagaian juga perbedaan pendapat sebagai anugerah Tuhan memperkaya kehidupan bergereja kita. Namun dalam satu hal kita harus sehati dan sepakat, yaitu: mengaku Yesus adalah Tuhan dan Kepala Gereja kita.
         Berhubung dengan salah satu pokok perdebatan dan sumber perpecahan, Rasul Paulus juga kembali menyoroti masalah baptisan. Saudara-saudara….Salah satu point penting dalam Amanat Agung Yesus kepada murid-murid atau gereja-Nya ialah untuk membabtiskan orang-orang. Rasul Paulus bukannya mengingkari tugas yang diberikan itu. Tetapi berhubung dengan adanya pertentangan tentang sumber baptisan di jemaat Korintus, maka Rasul Paulus menjelaskan tentang hal yang lebih penting dari tugasnya yaitu memberitakan Injil bukan hanya berdasarkan hikmat perkataan. Dengan demikian baptisan adalah buah dari pemberitaannya tentang Injil dan bukannya baptisan sebagai tujuan utama dari pemberitaannya, sebagaimana yang dapat kita amati dari denominasi-denominasi lain yang tumbuh subur sekarang ini.
            Dalam penyelenggaraan tugas gereja, kita semua dipersatukan oleh Roh yang sama, Roh yang memberi hidup dan menyelamatkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa gereja-gereja yang ada di dunia ini memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Tapi kita senantiasa dipanggil untuk mewujudnyatakan tugas yang sama dalam kesaksian, persekutuan dan pelayanan. Perselisihan apapun yang pernah terjadi di antara kita, bukanlah alasan untuk tidak akan ada  lagi rekonsiliasi diantara kita, di mana disitu terwujud suasana yang saling memaafkan, saling menerima,saling menghargai satu dengan lainnya. Sehingga kita boleh yakin bahwa sekalipun sering ada perdebatan, itu bukanlah pertentangan. Sekalipun ada banyak ide yang berbeda-beda, itu bukanlah perpecahan. Semua hal mungkin dapat terjadi, tetapi semua terpanggil untuk mewujudkan damai sejahtera Allah yang berkelimpahan demi pemberitaan Injil yang berkelanjutan. Kiranya Allah sumber hikmat akan memelihara persekutuan kita di sini dan dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian kita bersama dengan gereja-gereja yang ada di dunia ini…

Jumat, 21 Oktober 2016



EFESUS 4: 1-16
            Saudara-saudara…, pada suatu ketika seorang pemuka berpidato dalam suatu pertemuan, ia berkata, “Hadirin sekalian…ditempat ini kita bertemu dan saling bersinergi satu dengan yang lainnya.” Mari kita cermati bersama arti kata bersinergi yang disebutkan tadi. Kata ini sering digunakan tetapi arti yang sebenarnya bukanlah semata-mata bermakna ‘kesatuan’. Ada makna yang lebih dalam lagi dan lebih besar dari sekedar ‘kesatuan’. Contohnya; jika seorang pria dan wanita bersatu di dalam suatu pernikahan, maka yang terwujud adalah suatu bentuk baru yang disebut keluarga, keluarga ini memiliki hak, pengalaman dan kekuatan yang lebih lagi daripada sekedar kumpulan dua orang. Terbentuk sebuah rumah tangga dan bukan hanya sekedar istilah suami-istri. Contoh lainnya; misalnya organ-organ tubuh seperti mata, jantung, paru-paru, hati, otak dan lain-lain. Semua organ itu jika bergabung bersama akan membentuk suatu sinergi yang kekuatannya lebih dari sekedar kumpulan organ, yaitu suatu bentuk baru yang disebut manusia, manusia yang sadar, dapat berpikir, bahkan dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan manusia lainnya. Sinergi adalah suatu kekuatan yang muncul dari sebuah kesatuan. Sehingga kita dapat melihat betapa luar biasanya arti kesatuan itu, karena membentuk suatu sinergi. Yaitu suatu kekuatan atau energi baru yang lebih besar dan muncul karena bersatunya kekuatan-kekuatan yang beragam dan saling mendukung. Hal yang berlawanan dengan paham ini ialah, jika berbagai kekuatan itu bergabung namun tidak memunculkan suatu kekuatan yang baru tetapi justru kekuatan-kekuatan itu berhadapan satu dengan lainnya, maka yang terjadi ialah kekacauan sebuah sistem. Terjadi tarik-menarik kekuatan yang berakibat pada gesekan-gesekan tertentu.
            Saudara-saudara…, ada orang yang pernah membagi tingkatan relasi atau hubungan manusia ke dalam (3) tiga tingkatan. Tingkatan yang paling rendah ialah hubungan antar manusia di mana yang seorang selalu bergantung pada orang lain. Hubungan yang lebih baik dari itu ialah hubungan di mana orang itu mandiri. Tetapi hubungan yang lebih baik lagi ialah hubungan yang saling bergantung, namun terdiri dari orang-orang yang mandiri dan juga merupakan hubungan yang saling menguatkan. Kita perlu masuk pada tahap yang ketiga ini, dan kiranya hubungan yang demikian tetap diarahkan oleh suatu landasan kesatuan yang Krisatiani yaitu landasan kasih. Itulah keunikan kesatuan umat Tuhan yang sejati.
            Yesus Kristus tahu bahwa kekuatan satu-satunya yang mesti dimiliki murid-muridnya ialah kesatuan itu. Oleh sebab itu dalam doa-Nya yang terdapat dalam Yohanes 17, Ia berdoa bagi kesatuan murid-murid-Nya. Menghadapi komunitas yang begitu beragam, Rasul Paulus dalam bacaan kita saat ini juga mengingatkan hal yang sama kepada jemaat yang ada di Efesus. Ia menyadari bahwa ada keunikan karunia yang ada di jemaat Efesus yang pada dasarnya semua karunia itu harus bertumbuh kearah yang sama yaitu kepada Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dalam kenyataanya, dewasa ini kita melihat ada begitu banyak karunia atau potensi diri yang pertumbuhannya salah arah dan tidak digunakan bagi pembangunan Tubuh Kristus. Hal lain yang juga hendak disoroti oleh Rasul Paulus ialah penggunaan karunia itu dalam semangat kebersamaan, bukan untuk dimiliki dan digunakan untuk kepentingan diri sendiri tetapi diikat menjadi satu bagi pekerjaan Kristus yang ada di dunia ini. Bagi Rasul Paulus, Yesus Kristus adalah teladan yang sangat tepat. Dalam posisi-Nya sebagai ‘yang telah naik’ , Ia juga yang ‘telah turun ke bagian bumi paling bawah’ untuk membagikan setiap karunia kepada kita. Maka di dalam semangat kebersamaan, ada upaya untuk saling membagi karunia, ada upaya untuk saling membantu dan usaha untuk memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.
            Saudara-saudara…, ditengah tekanan yang luar biasa dan penindasan yang begitu kejam, jemaat mula-mula mampu mempertahankan tugas-tugas kesaksiannya oleh karena kesatuan yang begitu kuat. Kita sadar, bahwa kita bisa beriman kepada Yesus Kristus hingga pada generasi kita sekarang ini karena buah-buah kesatuan umat Tuhan yang telah terbina sejak di zaman Gereja mula-mula. Kesatuan umat Tuhan yang sudah terbentuk sejak awal telah membawa dampak sinergi yang luar biasa bagi dunia di mana kita hidup di dalamnya. Tugas kita yang hidup sekarang ini ialah mewariskan kekuatan itu kepada generasi selanjutnya. Kita tentu tidak akan mau meninggalkan suatu warisan yang tidak baik dan tidak bisa diteladani oleh generasi Gereja kemudian.
                Dalam ibadah saat ini, akan dilantik Panitia ......................................................
Karunia  beragam yang ada pada setiap orang dalam kepanitiaan seyogianya disatukan untuk menghasilkan suatu kekuatan yang baru, sehingga panitia ini lebih efektif dan efisien. Hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap kepanitiaan yang bersifat gerejawi ialah, bahwa pola kerja kita sama dengan kepanitiaan lainnya, tetapi prinsip yang melandasi kerja kita berbeda seperti yang dikatakan dalam ayat 2 – 7 bacaan kita; “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” Kiranya Tuhan memberkati jemaat sekalian dan saudara-saudara dalam tugas-tugas kepanitiaan yang diemban. Amin.